Navigation Menu

HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2012 MOMENTUM MEMBANGKITKAN GENERASI EMAS INDONESIA

“Pendidikan itu milik kalian, kecerdasan itu juga hak kalian. Semangat meraih impian adalah kemuliaan kalian. Cita-cita yang tinggi pun adalah kewajiban yang semestinya menjadi kenyataan, bukan ilusi tanpa makna dalam khayalan. Kami para pendidik kalian, dengan ijin Tuhan Yang Kuasa selalu mengitari lilin-lilin kedamaian dan kebanggaan untuk kalian, untuk kita, dan untuk jiwa-jiwa yang sampai saat ini belum merasakan kemerdekaan sejatinya.”
---------0--------

            “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya.” Demikian yang diungkapkan Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara satu abad silam dalam memaknai apa yang dimaksud dengan pendidikan.
            Memaknai hakikat pendidikan tersebut, amat sangat sesuai dengan tema Hari Pendidikan Nasional tahun ini, “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Kita melihat Indonesia dengan problem pendidikannya dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan selalu menjembatani masa yang dibutuhkan oleh manusia sekarang dan apa yang akan ditujunya kelak.
            Bangkit mengandung arti penuh semangat dalam berkarya, mengedepankan kepentingan kehidupan yang lebih bermanfaat daripada kepentingan yang memajemukkan kepentingan kejahilan. Membumikan visi ke arah yang mampu mensinergikan akal dengan jiwa suci dalam meraih masa depan yang lebih baik.
            Emas bagi sebagian orang yang sadar amat sangat berharga dan selalu dibangga-banggakan bagi mereka yang tinggi hati. Emas mempunyai makna berharga dan membanggakan. Emas mampu merubah penampilan, mengadaptasikan dan membedakan yang papa dan yang miskin. Emas mempunyai harga mahal dengan karatnya yang sempurna.
            Jika negeri ini manusianya seperti emas, maka negeri ini pun akan dihargai dan disucikan negeri-negeri mata duitan. Jika bangsa ini mampu menciptakan generasi emas, maka kekayaan pun akan diraih tanpa melelang surat-surat hutang. Jika pertiwi ini mampu menghadirkan generasi mulia, maka merah putih akan selalu berkibar dengan bangga dan ibu pertiwi tidak akan bersedih lagi dengan senandung lagunya, “Ku lihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati. Air matanya berlinang emas intan yang kau kenang ...”
            Lagu nostalgia yang  jarang terngiang di telinga karena sengaja ditulikan dan menggantikannya dengan lagu-lagu patriotis kelas udang ini mampu menghadirkan ruh penuh makna dengan lambaian bait-bait indahnya untuk menghalau sedihnya pertiwi kita. Tersadar atau tidak, senandung lagu-lagu berbaitkan pendidikan hari ini sudah tidak lagi menjadi bagian terpenting di sekolah-sekolah. Hal ini diakibatkan karena zaman yang harus merubah karakter para pendidik untuk tidak lagi mendidik siswa-siswi miskin supaya menjadi bersemangat dalam hidupnya. Sehingga apa yang terjadi, ketika siswa-siswi yang mempunyai harta lebih, tidak lagi mementingkan buku, melainkan mementingkan kebiasaan membeli apa yang membuat setan bertepuk tangan gembira melihatnya, tanpa ilmu dan akhlak sewajarnya. Sehingga nasib siswa-siswi yang miskin pun harus terlaknat dengan kehidupan tanpa keberkahan untuk membeo kepada mereka yang tidak setara dengan dirinya.
            Saya dan kita selaku insan pendidikan, wajib mengakui bahwa pendidikan kita hari ini harus berevolusi mengitari lingkaran setan. Mengapa? Karena jiwa-jiwa suci dari generasi kita harus dan tidak dapat terelakkan untuk meraih mimpi-mimpinya hanya dengan keburukan dan kebodohan. Hal ini dikarenakan karena figure yang ditirunya pun, mungkin orang bodoh dan tidak memaknai hakikatnya sebagai teladan yang selalu dijadikan pemandangan di kala buramnya semangat untuk memajukan mereka. Mari kita berkaca dari lagu kebangsaan “Indonesia Raya” pada bait Hiduplah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya” sangat mengandung arti bahwa kitalah yang menjadi sumber inspirasi dari bangkitnya generasi emas di negeri ini. Bukan dari provokasi orang-orang dan manusia pintar yang mampu menyalahkan kita sebagai pendidik di negeri ini.
            Mewakili pendidik yang baik dan tidak baik di negeri ini, kepada pemerintah dan anggota dewan yang terhormat... kami sangat siap menghadirkan generasi berharga di negeri ini, namun dengan satu syarat biarkan kami berkreasi tanpa diprovokasi. Jadikan kami tidak jauh berbeda dengan mereka yang ditempatkan di sekolah-sekolah elit, tidak jauh diperbaiki seperti mereka yang belajar di ruangan dingin dengan tumpukan ilmu yang memadai. Jadikan kami setara dengan mereka yang menjadi panutan di tempat yang tidak memadai supaya kami juga merasakan betapa tidak enaknya mendidik mereka yang tidak berharga menjadi berharga.
            Prinsip keadilan, prinsip kecerdasan, prinsip jiwa membangun adalah sifat-sifat Tuhan yang layak untuk kita tiru bersama. Sehingga jika prasangka-prasangka baik kita kepada Tuhan terbetuk, maka menjadikan kebaikan itu akan lebih mudah. Untuk itu, marilah kita berbahagia menyambut hari penuh dengan motivasi ini untuk merelakan matinya keburukan dunia kita di hari kemarin dan menggantinya dengan kemajuan dan berharganya diri, generasi, dan kita yang peduli dengan nasib pendidikan di negeri ini.
            Marilah kita kumandangkan napas-napas harapan dengan semangat penuh pengabdian, ikhlas, dan mengharapkan ridho Tuhan dalam perjuangan kita menegakkan kebaikan, menjembatani kecerdasan, menghapus perlahan kebodohan, mengkaji pantas dan tidaknya kita menjadi inspirator dalam kerinduan generasi bangsa ini yang memimpikan emas untuk mereka persembahkan kepada Tuhan-nya, kepada Malaikat, Kepada teladannya, kepada orang tuanya, kepada gurunya, kepada nusa dan bangsa, dan kepada tanah tempat berakhirnya kebanggaan dan harga mahal mereka.
            Pertiwi tak lagi menangis, hutan-hutan kembali meniupkan kebahagiaannya, sawah ladang berteriak dengan nyanyian syukurnya, dan kaki generasi berpijak di mana mimpi-mimpi harus ditinggikan. Merah putih berkibar dengan kilauan rasa bangga, pemimpin bangsa tersenyum gembira, para pejabat insyaf, para politisi membungkam busuk teorinya, para guru berjalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, dan tuhan-tuhan licik tidak perlu dicari. Tuhan yang sebenarnya selalu bersama kita, yakinilah jika pendidikan itu kita maknai dengan upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya.” Semoga dapat terwujud!!!
            Generasi emas di depan mata, generasi berharga yang selalu membanggakan kami. Kalian dihadirkan di tanah suci ini untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang lama tidak mampu kami kehendaki. Selamat berjuang putra-putri negeri, senandung kalam kebangkitan di hari penuh sejarah ini kami tuangkan dalam kata “Ingin membangkitkan jiwa dan ragamu untuk generasi emas di negeri ini.”
Penulis adalah Staf Pengajar di SD Negeri 24 Ampenan Kota Mataram

Lombok Post Mei 2012

0 komentar: