“Pendidikan
itu milik kalian, kecerdasan itu juga hak kalian. Semangat meraih impian adalah
kemuliaan kalian. Cita-cita yang tinggi pun adalah kewajiban yang semestinya
menjadi kenyataan, bukan ilusi tanpa makna dalam khayalan. Kami para pendidik
kalian, dengan ijin Tuhan Yang Kuasa selalu mengitari lilin-lilin kedamaian dan
kebanggaan untuk kalian, untuk kita, dan untuk jiwa-jiwa yang sampai saat ini
belum merasakan kemerdekaan sejatinya.”
---------0--------
“Pendidikan adalah upaya untuk
memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas),
dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan
dunianya.” Demikian yang diungkapkan Bapak Pendidikan kita Ki Hajar
Dewantara satu abad silam dalam memaknai apa yang dimaksud dengan pendidikan.
Memaknai hakikat pendidikan
tersebut, amat sangat sesuai dengan tema Hari Pendidikan Nasional tahun ini,
“Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Kita melihat Indonesia dengan problem
pendidikannya dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan selalu menjembatani
masa yang dibutuhkan oleh manusia sekarang dan apa yang akan ditujunya kelak.
Bangkit mengandung arti penuh
semangat dalam berkarya, mengedepankan kepentingan kehidupan yang lebih
bermanfaat daripada kepentingan yang memajemukkan kepentingan kejahilan.
Membumikan visi ke arah yang mampu mensinergikan akal dengan jiwa suci dalam
meraih masa depan yang lebih baik.
Emas bagi sebagian orang yang sadar
amat sangat berharga dan selalu dibangga-banggakan bagi mereka yang tinggi
hati. Emas mempunyai makna berharga dan membanggakan. Emas mampu merubah
penampilan, mengadaptasikan dan membedakan yang papa dan yang miskin. Emas mempunyai
harga mahal dengan karatnya yang sempurna.
Jika negeri ini manusianya seperti
emas, maka negeri ini pun akan dihargai dan disucikan negeri-negeri mata
duitan. Jika bangsa ini mampu menciptakan generasi emas, maka kekayaan pun akan
diraih tanpa melelang surat-surat hutang. Jika pertiwi ini mampu menghadirkan generasi
mulia, maka merah putih akan selalu berkibar dengan bangga dan ibu pertiwi
tidak akan bersedih lagi dengan senandung lagunya, “Ku lihat ibu pertiwi,
sedang bersusah hati. Air matanya berlinang emas intan yang kau kenang ...”
Lagu nostalgia yang jarang terngiang di telinga karena sengaja
ditulikan dan menggantikannya dengan lagu-lagu patriotis kelas udang ini mampu
menghadirkan ruh penuh makna dengan lambaian bait-bait indahnya untuk menghalau
sedihnya pertiwi kita. Tersadar atau tidak, senandung lagu-lagu berbaitkan
pendidikan hari ini sudah tidak lagi menjadi bagian terpenting di
sekolah-sekolah. Hal ini diakibatkan karena zaman yang harus merubah karakter
para pendidik untuk tidak lagi mendidik siswa-siswi miskin supaya menjadi
bersemangat dalam hidupnya. Sehingga apa yang terjadi, ketika siswa-siswi yang
mempunyai harta lebih, tidak lagi mementingkan buku, melainkan mementingkan
kebiasaan membeli apa yang membuat setan bertepuk tangan gembira melihatnya,
tanpa ilmu dan akhlak sewajarnya. Sehingga nasib siswa-siswi yang miskin pun
harus terlaknat dengan kehidupan tanpa keberkahan untuk membeo kepada
mereka yang tidak setara dengan dirinya.
Saya dan kita selaku insan
pendidikan, wajib mengakui bahwa pendidikan kita hari ini harus berevolusi
mengitari lingkaran setan. Mengapa? Karena jiwa-jiwa suci dari generasi kita
harus dan tidak dapat terelakkan untuk meraih mimpi-mimpinya hanya dengan
keburukan dan kebodohan. Hal ini dikarenakan karena figure yang ditirunya pun,
mungkin orang bodoh dan tidak memaknai hakikatnya sebagai teladan yang selalu
dijadikan pemandangan di kala buramnya semangat untuk memajukan mereka. Mari
kita berkaca dari lagu kebangsaan “Indonesia Raya” pada bait Hiduplah
jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya” sangat mengandung arti
bahwa kitalah yang menjadi sumber inspirasi dari bangkitnya generasi emas di
negeri ini. Bukan dari provokasi orang-orang dan manusia pintar yang mampu
menyalahkan kita sebagai pendidik di negeri ini.
Mewakili pendidik yang baik dan
tidak baik di negeri ini, kepada pemerintah dan anggota dewan yang terhormat...
kami sangat siap menghadirkan generasi berharga di negeri ini, namun dengan
satu syarat biarkan kami berkreasi tanpa diprovokasi. Jadikan kami tidak jauh
berbeda dengan mereka yang ditempatkan di sekolah-sekolah elit, tidak jauh
diperbaiki seperti mereka yang belajar di ruangan dingin dengan tumpukan ilmu
yang memadai. Jadikan kami setara dengan mereka yang menjadi panutan di tempat
yang tidak memadai supaya kami juga merasakan betapa tidak enaknya mendidik
mereka yang tidak berharga menjadi berharga.
Prinsip keadilan, prinsip
kecerdasan, prinsip jiwa membangun adalah sifat-sifat Tuhan yang layak untuk
kita tiru bersama. Sehingga jika prasangka-prasangka baik kita kepada Tuhan
terbetuk, maka menjadikan kebaikan itu akan lebih mudah. Untuk itu, marilah
kita berbahagia menyambut hari penuh dengan motivasi ini untuk merelakan
matinya keburukan dunia kita di hari kemarin dan menggantinya dengan kemajuan
dan berharganya diri, generasi, dan kita yang peduli dengan nasib pendidikan di
negeri ini.
Marilah kita kumandangkan
napas-napas harapan dengan semangat penuh pengabdian, ikhlas, dan mengharapkan
ridho Tuhan dalam perjuangan kita menegakkan kebaikan, menjembatani kecerdasan,
menghapus perlahan kebodohan, mengkaji pantas dan tidaknya kita menjadi
inspirator dalam kerinduan generasi bangsa ini yang memimpikan emas untuk
mereka persembahkan kepada Tuhan-nya, kepada Malaikat, Kepada teladannya,
kepada orang tuanya, kepada gurunya, kepada nusa dan bangsa, dan kepada tanah
tempat berakhirnya kebanggaan dan harga mahal mereka.
Pertiwi tak lagi menangis,
hutan-hutan kembali meniupkan kebahagiaannya, sawah ladang berteriak dengan
nyanyian syukurnya, dan kaki generasi berpijak di mana mimpi-mimpi harus
ditinggikan. Merah putih berkibar dengan kilauan rasa bangga, pemimpin bangsa
tersenyum gembira, para pejabat insyaf, para politisi membungkam busuk
teorinya, para guru berjalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, dan
tuhan-tuhan licik tidak perlu dicari. Tuhan yang sebenarnya selalu bersama
kita, yakinilah jika pendidikan itu kita maknai dengan upaya untuk memajukan
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik)
anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya.” Semoga
dapat terwujud!!!
Generasi emas di depan mata,
generasi berharga yang selalu membanggakan kami. Kalian dihadirkan di tanah
suci ini untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang lama tidak mampu kami kehendaki.
Selamat berjuang putra-putri negeri, senandung kalam kebangkitan di hari penuh
sejarah ini kami tuangkan dalam kata “Ingin membangkitkan jiwa dan ragamu untuk
generasi emas di negeri ini.”
Penulis adalah Staf Pengajar di SD Negeri 24 Ampenan Kota
MataramLombok Post Mei 2012
0 komentar: