Navigation Menu

Opini HARKITNAS 2012

Hari Kebangkitan Nasional 2012:
CERMIN JUJUR UNTUK SEBUAH KELICIKAN

Oleh : Usman Jayadi


Seratus empat tahun yang silam, merupakan puncak bangkitnya generasi bangsa yang peduli nasib negaranya. Kegagalan mereka dalam menghadapi penjajahan yang masih bersifat lokal dan kurang mendapatkan hasil, akhirnya menimbulkan pergerakan yang bersifat nasional. Bentuk perlawanan pun diubah yang semula perlawanan dalam bentuk persenjataan tarung nyawa, diubah menjadi perlawanan organisasi tarung budi.

Dimulai dari R.A. Kartini dan Dewi Sartika dengan sekolah khusus kaum wanitanya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswanya, dan Douwes Dekker dengan harian De Express-nya. Tokoh-tokoh tersebutlah yang menginspirasi para pemuda dan pelajar Indonesia untuk mulai berpikir mendirikan organisasi modern. Lahirlah Budi Utomo, Serikat Dagang Islam dan Serikat Islam, Indische Partij, dan Perhimpunan Indonesia dengan tokoh-tokoh hebatnya dan mampu menghimpun para pemuda Indonesia untuk berjuang dengan gigihnya, akhirnya Sumpah Pemuda pun terlahir. Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang untuk pertama kalinya.

Sebuah perjalanan panjang penuh perjuangan yang jarang kita ingat bersama anak cucu kita, dan mungkin untuk saat ini sepertinya sudah tidak terprogram dalam kajian kita. Hal inilah yang mungkin mendorong kaum-kaum intelek bangsa ini mendirikan organisasi dengan tujuan yang semestinya memajukan dan mensejahterakan kehidupan berbangsa, berubah memajukan karir, kepentingan pribadi, saling jatuh-menjatuhkan, dan berbuat sangat licik tanpa bercermin untuk sebuah kejujuran.

Kehidupan kenegaraan yang sarat dengan kepentingan pribadi tersebut dengan gencarnya mampu mengubah tatanan hukum dosa menjadi tabu dengan kelicikan. Tokoh yang seharusnya menjadi inspirasi bagi kaum muda hanya membentuk kaum muda menjadi licik seperti mereka. Organisasi bermunculan di mana-mana dengan tujuan saling menjatuhkan hingga permusuhan, non solidaritas, kehidupan masyarakat amburadul, pribadi antar pribadi saling tawan dengan sekat kepentingan pun terjalin dengan mesranya. Peperangan, pertikaian, kemiskinan, kemelaratan menjadi petarung untuk mewujudkan kepentingan demi kepentingan.

Peperangan diawali dari organisasi, pertikaian tercetus dari sebuah perkumpulan, kemiskinan dijadikan sebagai modal membangun karakter kebodohan di masyarakat yang dengan kemiskinan tersebut mereka mampu membius masyarakat agar menengok perjuangan licik mereka. Akhirnya, kemelaratan pun menjadi sumber inspirasi mereka setiap saat. Dan dengan kemelaratan tersebut mereka mampu menjadikan organisasinya menjadi yang terbaik. Luar biasa memang, padahal kalau kita tengok hal-hal tersebut hanya bayangan yang amat tabu namun luar biasa nyatanya. Inilah berbagai lika-liku mengapa bangsa ini menjadi bangsa yang seharusnya subur makmur menjadi bangsa yang luntur akidah, kotor lidah, dan semrawut moral.

Kebangkitan nasional sewajarnya kita jadikan refleksi menyeluruh, cermin kejujuran niat tulus para pejuang kita dulu, bukan dijadikan hanya tabur bunga kemudian mengheningkan cipta tanpa doa dan memantulkan hasil bayangan busuk kita semua.

Melalui tulisan sederhana ini, kiranya menjadi inspirasi bagi kita semua. Bagi tokoh-tokoh perpolitikan, marilah dengan cerdik politik anda, teladankan jiwa kebaikan kepada masyarakat kita bahwa kejujuran dan kemakmuran adalah kunci dari martabat kita semua. Bagi rekan-rekan mahasiswa hendaknya menyadari betul hakikat dan tujuan organisasi tempat kita memperjuangkan bangsa ini, bukan hanya sebatas reklame kehebatan untuk memakmurkan para provokator dan menghanguskan tekad orang-orang yang memang benar-benar berniat untuk memajukan bangsa dan kita semua. Bagi rekan-rekan seperjuangan yang menjadi bunglon di organisasi pemerintahan, marilah kita syukuri tugas dan jabatan yang diamanahkan Tuhan untuk kita semua, bukan mengotori dan menghinakan kita dengan tekad busuk kita. Bagi rekan-rekan pendidik dan peduli pendidikan, marilah kita belajar dari tokoh kebangkitan pendidikan Negara ini yang dengan pendidikan mereka mampu merubah kehidupan terjajah menjadi lebih baik dari apa yang diharapkan. Dan, untuk kita semua yang tengah hinggap menjadi organisasi kemasyarakatan, marilah kita menjadikan moment Hari Kebangkitan Nasional ini sebagai perenungan panjang kita dalam mencermati baik buruknya siapa yang memang baik dan menjauhi siapa yang memang buruk.


Kita sama-sama berharap, moment ini kita jadikan sebagai langkah strategis dalam menapaki subur dan makmurnya kehidupan kita sehingga dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh, maka pasti rahmat Allah selalu bersinar di redupnya kemajuan bangsa ini, selalu menyejukkan tandusnya nurani bangsa ini, dan selalu menjadi hidayah lelapnya akal budi generasi bangsa ini. Semoga bermanfaat… (yd)

Lombok Post, Mei 2012

0 komentar:

Tulisan Terinspirasi Kedatangan Presiden SBY ke NTB

SHALAT JUM’ATNYA PAK PRESIDEN:
SAATNYA UMARA’, ULAMA’, DAN UMMAT BERSIMPUH SAMA…!

Andai umara’, ulama’, dan ummat bersimpuh sama,
Andai umara’, ulama’, dan ummat menghadap bersama,
Andai umara’, ulama’, dan ummat tersimpul dalam persembahan khusyu’ kepada Pencipta,
Kemuliaan, kebanggan, kedamaian pun akan terengkuh dengan suasana canda.
Tuhan pasti bangga,
Karena Semua manusia adalah khalifah atas kebijaksanaan-Nya.
Irilah Malaikat, kecut nyalilah iblis, dan bidadari pun tersenyum dengan indahnya.
Allah merahmati, Allah Meridhoi, Allah Melindungi.
Kita semua bahagia…!!!
--------------------------------------------

Suara adzan berkumandang, hujanpun turun dengan sayup menuai keberkahan. Umara’ dengan koko putih merapikan shaf di baris terdepan. Menghadap kiblat bersama ulama’ dan  umara’ yang lain serta rakyat jelata yang selalu sabar menunggu kehadiran senyumnya. Hanya lantunan titik-titik hujan yang terdengar seusai panggilan Tuhan itu dikumandangkan dengan napas kerinduan. Itu pertanda bahwa kehadiran umara’ di tengah umat menjadikan seribu khusyu’ memuja Sang Pencipta.

Andai setiap Jum’at Umara’ itu hadir di tengah umatnya di Tanah Seribu Masjid ini, menghadap Illahi dari rumah Tuhan yang terkecil hingga keseribu rumah Tuhan yang lainnya. Maka keistimewaan terbesar sebelum jabatannya usai akan menjadi inspiring maha luar biasa bagi umara’ yang lainnya. Dekat dengan Allah, dengan dengan ummat.

Jumat hari ini marilah kita jadikan sebagai momentum terindah diantara banyaknya ibadah kita, di mana perasaan kita seakan-akan betul-betul berhari raya. Tidak sesepi jumat biasanya. Wah… masjid tetangga jadi beberapa shaf saja. Luar biasa memang, di Jakarta lapisan masyarakat kecewa karena konser Lady Gaga dibatalkan. Kecewanya diakibatkan busuknya hati yang merindukan syetan itu hadir dalam decak kagum dosa mereka. Di daerah kita, senyum indah masyarakat berduyun-duyun menghiasi rumah Allah dengan datangnya Sang pemimpin ramah senyuman yang  akan menemani mereka menjemput beribu-ribu kebaikan dalam naungan Ridho Tuhan.

Hari ini, anggapan orang yang hanya mementingkan kelicikan nurani generasi kita berubah menjadi kebanggaan luar biasa, tatkala masjid dijadikan tempat untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Semula hanya artis dengan busana mewahnya terkerumuni di lapangan becek oleh mereka yang tidak punya Tuhan. Hari ini kita sama-sama saksikan, betapa luar biasanya para generasi bangsa naik ke masjid dengan shaf-shaf lurus menengok dari atas ke bawah seakan-akan mereka adalah bagian keluarga besar dari Umara’ yang mulia.

Khatib yang luar biasa dengan kekhasan suara dan modelnya. Mampu mengubah tatanan nurani ketidakkhusyu’an menjadi benar-benar khidmat. Semula, khutbah Jumat hanya didengar oleh para calon tanah saja, hari ini kita harus bangga, generasi umat ini penuh dengan perhatian, menyimak dan melengkapi bathinnya dengan gemericik indah seruan kebaikan.

Tidak ada rasa kantuk. Padahal pada hari Jumat kemarin, umat terbius dengan kebanggaan syetan. Hari ini ummat terkagum dengan para pemimpinnya, para pemuka agamanya, para gurunya, dan para petinggi serta orang-orang ‘alim bangsanya. Tidak ada tegur ribut hingga akhir dari khutbah dikumandangkan. Hal ini mengisyaratkan dan kita semua marilah merenungkan, jika saja para Umara’ dan Ulama’ bersatu baik dalam tatanan pemerintahan. Jika saja para Ulama’ dan Umara’ mampu menghadirkan ummat di rumah Allah setiap saat. Jika saja para Ulama’ dan Umara’ memprioritaskan kepentingan spiritualnya ketimbang kepentingan politiknya, maka hari ini Allah SWT menunjukkan bukti besar betapa indahnya masyarakat dalam desakan kepentingan menghadap Tuhan-nya, bukan atas dasar kepentingan perut kosong mereka dari yang halal dan yang haram.

Luar biasa… Jika Bapak Presiden Jumatannya di Masjid Besar, maka Pak Gubernur, Pak Walikota sambangi ummat di masjid-masjid kecil. Tidak ada bedanya bukan??? Karena Pak Presiden dan Pak-Pak di daerah juga dihormati dan disegani. Tidak ada bedanya juga, pasti khatibnya pun orang paling luar biasa di daerah tersebut. Imamnya pun pasti orang keramat dan termulia di masjid itu. Jamaahnya pun pasti akan sesak menunggu umara’nya memedulikan mereka. Pak-Pak yang Mulia akan membuktikan betapa rindunya mereka disenyumi umara’nya, terlebih disalami kemudian mencium tangan pembesarnya. Bukankah nama baik dan kemuliaan yang membuat orang didoakan oleh sesamanya???

Khutbah usai dikumandangkan, saatnya benar-benar menghadap dimulai dengan gema kebesaran. Ayat-ayat suci dengan khusyu’nya terdengar dari sang Imam. Imam yang akan membawa para Umara’ menuju Tuhan Yang Maha Kuasa. Meskipun panjang, namun terasa begitu nikmatnya. Berdiri sama tinggi, ruku’ sama-sama membungkuk, I’tidal sama-sama menyerah, Sujud sama-sama hina, duduk di antara dua sujud sama-sama introspeksi, sujud lagi sama-sama terhina, salam sama-sama menengok kebaikan dan keburukan. Subhanallah…

Akhirnya, detik pertemuan dengannya harus berakhir dengan lambaian tangan. Riuh suara para siswa-siswi dan rakyat kecil melantunkan kalimat kerinduan. Tidak ada jargon-jargon aneh untuk membedakan mereka dengan orang besar. “Kalau tidak ada saya, maka tidak ada kebanggaan besar untukmu yang mulia.” Mungkin kalimat itulah yang terlahir dari nurani mereka. Tidak dikenal namun disuguhkan senyuman.

Bapak kebanggaan itu pun beranjak pergi, rintihan suara ummatnya seakan-akan bersedih. Itulah pertanda bahwa ummat selalu merindukan pemimpin bangsanya, ummat selalu mendoakan umara’nya, ummat selalu menanti kehadiran orang termulia di mimpinya. Harapannya sudah terkabul, tinggal menunggu Jumat berikutnya, apakah sesak jamaah kembali membanjiri rumah Allah yang besar, apakah khusyu’ tanpa kantuk terlihat ketika khutbah dikumandangkan, dan apakah persembahan dalam shalat akan terjalin khusyu’??? mudah-mudahan selalu dalam naungan keridhaan, bukan karena ada pemimpin di tengah ibadah kita.

Inilah daerah indah dari percikan syurga yang seharusnya aman. Inilah daerahnya para ulama’ dan seribu rumah Tuhan. Inilah daerah para pemimpi terwujudnya negeri yang toyyibatun, rabbun, ghofuur… jangan sampai ternoda dengan busuknya caci maki, jangan sampai terdosa dengan tinggi hati, jangan sampai terprovokasi dengan manusia yang mencurangi harga diri.

Hal menarik yang layak untuk kita tengok dan menjadi investasi masa depan bangsa, membumikan cinta kepada pemimpin adalah budaya untuk mengenal Tuhan. Pemimpin harus meberikan kabar indah kepada ummatnya, bahwa menaati pemimpin adalah kewajiban. Berdosa jika tidak dilakukan. Namun, harus disadari juga, bahwa kesempurnaan mimpi para pemimpin bangsa akan diridhoi manakala kewajibannya menengok nasib ummat selalu ada dalam harapannya. Mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi semua pemimpin ummat dan ulama.’

Lombok Post, Mei 2012

0 komentar:

SK PALSU, KEBOHONGAN DEMI KEBAIKAN???

Jika apa yang kami lakukan itu buruk, maka bantulah kami untuk mencari tahu di mana kebaikan itu. Jika apa yang kami persembahkan itu baik, maka bantulah kami untuk mengerti juga apa-apa saja yang buruk itu. Apakah kami salah, apakah kami benar, apakah kami dalam remang-remang kemusyrikan, yang jelas apa yang kami lakukan adalah moral berharga demi kelangsungan kehidupan kami di bumi-Mu ini, Tuhan!!!
--------------------------------------
BERBICARA masalah kebutuhan, maka tidak ada tanda komanya terlebih tanda titik sebagai akhirnya. Kebutuhan akan materi menjadi sangat penting bagi kebutuhan kehidupan kita. Namun, akhir-akhirnya moral masyarakat kita lebih membutuhkan “jabatan” daripada kebutuhan sehari-harinya. Berbagai anggapan membuktikan keshahihan hal tersebut, diantaranya panas teriknya bias kebohongan ketika kebijakan pemerintah menetapkan para tenaga honorer yang masuk K1 dan K2.

Berbagai cara ditempuh demi sebuah jabatan. Berbagai tipu daya menjadi sorotan Malaikat Raqib dan Atid dengan catatan akhiratnya. Berbagai seruan validasi moral ketika ingin dan tidak yang terbersit di sanubari kecil mereka. Mungkin hanya jabatan yang mampu merubah kehidupan. Mungkin karena status, mereka akan tercatat menjadi warga di negeri sekeping taman syurga ini. Mungkin hal itulah yang mengubah tahun pengabdian menjadi lebih rendah, dan akhirnya mereka pun selamat dari kocar-kacir kebingungan para pemimpinnya.

Untuk kita ketahui, semenjak diberlakukannya sertifikasi menggunakan portofolio, masyarakat berduyun-duyun mengubah nasib mereka. Mencari sertifikat kebajikan demi kelayakan sebuah jabatan. Sekali lagi “jabatan”. Akhir-akhir ini kembali mencuat kebajikan yang amat sangat luar biasa, jihad kebohongan demi tercapainya mimpi-mimpi mulia mereka.

Apakah yang akan terjadi jika halal dan haramnya kebaikan itu meretas tuntas segala yang membuat keresahan diri? Mampukah mereka mempertanggungjawabkannya kelak ketika sumpah mengiringi napas-napas suci dari buaian dzikir ibu dan tangis mereka ketika sanubari berpisah dengan jasad sebagai penipu?

Ada hal yang menarik, jika kita berbicara masalah kebohongan. Jika kebohongan demi kebaikan itu boleh, maka kebohongan demi kebaikan hidup juga boleh kan??? Mohon dijelaskan para kiyai, para tuan guru, dan para ‘alim ‘ulama supaya jangan sampai tanggungjawab dan beban moral Anda yang mulia mendapat keburukan di sisi-Nya. Supaya masyarakat kita juga mengerti apa yang seharusnya dilakukan.

Marilah kita sama-sama berpikir sejenak seraya menafsirkan sebenarnya lika-liku dosa yang tetap dapat dihapus dengan istighfar. Janganlah berbicara pahala jika tiap hari harus dilimuti dengan dosa. Berdosakah kita yang menjalankan visi kebohongan demi kebaikan kehidupan??? Kalau memang berdosa, dosa juga dapat dihapus. Sebenarnya berbohong demi kebaikan itu hukumnya boleh atau sunnah sih??? Kalau boleh saja, maka sah-sah saja kan jika harus menjadi pegawai negeri dengan kebohongan? Terlebih lagi kalau dapat pahala…

Sebagai orang awam, seharusnya dimengertikan, bukan diajak untuk merasakan diresahkan. Marilah para kiayi menulis tentang hal tersebut. Sosialisasikan kitab halal dan haram supaya negeri ini tetap aman, supaya negeri ini tidak selalu menggumamkan resah nyenyaknya tidur dalam gumaman.

Ketika semuanya terselesaikan, tinggal masyarakat yang mencernanya nanti. Karena saya yakin, teman-teman saya melakukan hal tersebut demi kebaikan mereka. Namun, sebagai catatan kecil kita, jika hak orang lain yang sewajarnya harus didapat kemudian kita ambil dengan kejahatan, maka semestinya kita sadari bahwa bukan kebohongan dan kelicikan yang semestinya dipersembahkan, melainkan prestasi yang mulia menjadi penjelas ada tidaknya kita, pantas dan layakkah kita menjadi inspirasi bagi negeri ini.

Catatan kecil yang saya suguhkan ini marilah kita jadikan cermin diri, bukan dijadikan sebagai bacaan ringkas yang meresahkan kita sebagai orang yang tidak peduli pada nasib kita sendiri. Yang sudah selamat, tetaplah berdoa dan memohon ampun kepada-Nya jika semuanya harus dirasakan tidak baik. Namun, jika hal tersebut yang membuat Anda bangga dan sombong, maka berhati-hatilah bahwa kebohongan itu akan berbicara kepada kita semua bahwa “Bumi ini adalah hamparan kebohongan, bukan hamparan sujud para penghuninya”

Bertafakurlah jika itu yang terbaik, bukan berbangga diri. Bersiasat itu penting jika ditempatkan di lini terbaik ini. Saya mendukung sepenuhnya siasat yang Saudara lakukan, namun semuanya harus dipertanggungjawabkan. Saksinya adalah saya, dan hukumannya pun akan kita dapatkan bersama. Jika gaji Anda nanti keluar, alangkah baiknya jika dibagi menjadi sepuluh bagian, yang pertama untuk rambut Anda, kedua untuk mata Anda, ketiga untuk telinga Anda, keempat untuk hidung Anda, kelima untuk mulut Anda, keenam untuk leher Anda, ketujuh untuk tangan Anda, kedelapan untuk jari tangan Anda, kesembilan untuk kaki Anda, terakhir telapak kaki Anda! Karena semuanya itu akan menjadi saksi dirimu kelak ketika mulut tak lagi berbicara.


Jika otak kiri yang mendominasi harga diri, maka kecerdasasan kita harus mengakui bahwa kita telah kalah dengan orang-orang yang tidak sekolah. Di hadapan kita mereka bukan pegawai seperti kita, namun di hadapan Tuhan mungkin mereka lebih mulia daripada kita yang berseragam sepekan. Oleh karena itu, sampaikanlah salam kepada otakmu supaya yang kanan difungsikan juga dengan pikiran keagamaan. Bertanyalah kepada hati sucimu, karena di sana ada suara Tuhan. Berperangailah apa adanya, karena hal tersebut dapat mengurangi keburukan kita. Eksistensi moral dan pencitraan diri akan terlihat indah ketika apa-apa yang tidak baik itu menjadi aib yang selalu disembunyikan dengan kebaikan dan napas-napas harapan untuk menjadi lebih baik lagi. Jika nantinya semua itu terasa tidak baik, maka jangan sampai ketidakbaikan itu terulang pada generasi suci yang engkau perjuangkan. Selamat menunggu nasib dan semoga sukses, Kawan!!!!

Lombok Post, Mei 2012

0 komentar:

Istighfarkan Jiwa Suci Kita dan Masyarakat yang Membanjir Dosa

Jika ketidakadilan yang membuat kita semua merasa hancur, maka itulah jalan tujuan supaya kita mengingat Dia-lah yang Maha Adil itu.
Jika tidak ada lagi kata syukur yang terucap dari sombongnya bibirmu, maka itu adalah pertanda bahwa mulutmu itu lebih najis daripada jilatan makhluk yang haram untuk dimakan.
Jika sombongmu adalah bagian dari kebanggaan, maka Allah Yang Maha Agung akan membiarkan dirimu tidak ada lagi kesempatan menyombongkan diri yang kedua kalinya.
Jangan sampai idealisme dan kebobrokan diri menambah beban dalam hidup kita.
Untuk itu, marilah kita istighfarkan jiwa-jiwa suci kita dalam getir pahitnya dunia yang sementara ini…
--------------------------

Suatu umat akan mengalami kehancuran manakala memiliki sifat-sifat buruk yang kemudian disebut dengan penyakit umat. Hal itu mungkin saja terjadi pada umat Islam dan masyarakat pada umumnya, karenanya Rasulullah saw memperingatkan: Penyakit umat-umat (lain) akan mengenai umatku, (yaitu) mengingkari nikmat, sombong, bermegah-megahan, bermusuhan dalam (perkara) dunia, saling membenci, saling mendengki hingga melampaui batas” (Al-Hadits).

Hadits di atas menyebutkan tujuh penyakit umat yang harus diwaspadai oleh kita dan masyarakat pada umumnya.

1.    Mengingkari Nikmat.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim ayat 7).
Sejarah telah menunjukkan bagaimana Qarun diamblaskan ke dalam bumi, diri dan hartanya yang dianggap bukan kenikmatan dari Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. (QS Al Qashash ayat 76) Karun berkata: “Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku”. dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya, berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang Telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar” . (QS Al Qashash ayat 78-79)
“Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS Al Qashash ayat 81)

2.    Sombong.
Sombong adalah sebab utama mengapa iblis dimurkai sehingga ia menjadi kafir, Allah Swt berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang yang kafir.” (QS Al Baqarah ayat 34). Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” menjawab Iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS Al A’raf ayat 12).

3.    Bermegah-Megahan
Bermegahan membuat manusia tidak puas, lantas mereka terus menerus memperbanyak harta dengan cara yang haram. Allah Swt berfirman: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).” (QS At-Taakatsur ayat 1-3).

4.    Bermusuhan Dalam Perkara Dunia.
Mencari kenikmatan dunia bukanlah sesuatu yang terlarang, namun apabila untuk memperolehnya sampai harus bermusuhan dengan sesama manusia, apalagi sampai mencari legalitas hukum atas sesuatu yang tidak halal,  maka tinggal kita tunggu kehancuran yang sebenarnya. Allah swt berfirman: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat makan harta sebagian yang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS Al Baqarah ayat 188).

5.    Saling Membenci.
Sesama manusia seharusnya saling mencintai, bukan saling membenci yang tercermin dalam bentuk suka mengolok-olok dan mencela, karena saling membenci akan membawa kehancuran bagi umat itu sendiri, Allah Swt memperingatkan dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang yang zalim.” (QS Hujurat  ayat 11).

6.    Saling Mendengki.
Semua orang amat sangat mendambakan pahala atau kebaikan dari Allah Swt. Dengki menjadi penyakit umat karena di samping hubungan sesama menjadi buruk, nilai pahala akan terkikis, Rasulullah saw bersabda: “Jauhilah hasad (iri hati, dengki), karena sesungguhnya hasad itu mengikis pahala sebagaimana api memakan kayu.” (Al-Hadits).

7.    Melampaui Batas.
Melampaui batas menjadi penyakit umat yang berbahaya karena hal ini menyalahi fitrah, baik dalam sikap maupun perbuatan. Karenanya Allah tidak suka kepada orang yang melampaui batas atau berlebihan sebagaimana firman-Nya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al A’raf  ayat 31).

Demikian 7 penyakit berbahaya yang harus diistighfarkan supaya jiwa-jiwa suci kita menjadi lebih baik dan tenang. Marilah kita berharap semoga kita semua dalam kebaikan dan kebahagiaan. Amin Ya Rabbal’alamiin!!!


*) dikutip dari berbagai sumber

Lombok Post, Mei 2012

0 komentar:

Opini UN: Hari Ini Bocah Suci Harapan Bangsa Berjuang Percaya Diri

Ketika prestasi menjadi tumpuan harapan,
Ketika percaya diri dan jiwa jujur menjadi mimpi berharga,
Ketika jiwa-jiwa tulus dalam senyum menjadi inspirasi bagi semua orang,
Tunjukkan bahwa kalianlah yang terbaik,
Buktikan bahwa kalian adalah generasi jujurnya negeri ini,
Sketsakan bahwa kami yang kecil juga diuji dan ingin mempersembahkan yang terbaik,
Bukan mempersembahkan suatu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
----------------------

Pemandangan pagi setiap Ujian Nasional berlangsung di sekolah-sekolah tampak sangat berbeda. Hal ini mungkin disebabkan untuk menyambut sebuah persembahan besar anak-anak bangsa yang akan berjuang menentukan nasib antara baik buruknya sekolah tempat mereka menimba ilmu, berkwalitas atau tidaknya pendidik-pendidik bangsa yang setiap hari menemani belajar mereka, dan mampu atau tidaknya mereka mempersembahkan yang terbaik bagi diri dan orang-orang yang selalu bersamanya.

Mulai hari ini hingga hari Rabu mendatang, Bocah Suci Harapan Bangsa akan berjuang dengan semangat mimpi dan penuh percaya diri. Ujian Nasional memang bukan akhir dari jalan menuju keberhasilan. Namun, Ujian Nasional seharusnya diartikan sebagai sebuah sikap pemerintah untuk mengevaluasi baik buruknya sistem pendidikan di bangsa ini. Pemerintah tidak menuntut nilai tinggi, namun pemerintah hanya berkeinginan mengukur bagaimana kwalitas dan kuantitas pendidikan anak bangsa.

Dalam sorotan dan rotasi waktu, Ujian Nasional tingkat SMA dan SMP sederajat sudai usai digelar dan tinggal menunggu hasilnya. Kini jenjang SD sederajat dilangsungkan dengan sangat ketat. Sampai dus-dus soal pun tidak boleh disentuh selain panitia, apalagi dibuka isinya. Kiranya, jika seketat Ujian Nasional di jenjang SD ini Ujian Nasional untuk tingkat SMP dan SMA, maka issu kebocoran soal dan kunci jawaban pun tidak kembali kita dengar. Karena bagaimanapun Ujian Nasional tidak menuntut lebih dari semua pihak, namun hanya menuntut baik tidaknya kinerja para pendidik, sekolah, dan pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan.

Ujian Nasional kalau dijadikan sebagai refleksi dari ketangguhan moral, maka mulai hari ini marilah kita belajar dari bocah-bocah mungil di Sekolah Dasar yang selalu percaya diri dengan sikapnya dalam hadapi ujian nasional tersebut. Tidak ada berkas keraguan dan ketakutan dari mereka. Karena mereka yakin bahwa indikator soal yang ditetapkan pemerintah menjadi tumpuan besar dan senjata berharga dalam perjuangan mereka, bukan kunci jawaban.

Hari ini sejarah akan mencatat, Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar harus dijadikan pembelajaran berharga untuk jenjang pendidikan tinggi yang seharusnya lebih baik karena didukung staf pengajar bersistemkan guru bidang studi. UN Tingkat SD juga marilah kita jadikan sebagai pemantulan hasil pencerminan setiap sekolah untuk berkaca jujur pada prestasi bukan provokasi antara baik dan buruknya kinerja kita semua.

Sebenarnya, jika dikaji penuh berharga semarak ujian nasional memberikan inspirasi spiritual bagi kita semua. Ujian nasional mampu menghadirkan jiwa-jiwa penuh harapan, jiwa-jiwa penuh semangat, jiwa-jiwa yang selalu berprinsip belajar mandiri dan mengenal lebih dekat dengan Tuhan mereka lewat doa dan harapan tak terperinci banyaknya. Untuk itu, marilah kita sukseskan Ujian Nasional ini dengan semangat kejujuran dan percaya diri, bukan semangat iri hati dan penuh dengan kontroversi.


Selamat berjuang bocah-bocah suci harapan bangsa, pertahankan semangat percaya diri kalian, semarakkan jiwa tangguh kalian, dan tunjukkan siapa yang terbaik antara kecil dan besarnya harapan kalian. Persembahkanlah yang terbaik untuk mereka yang kalian anggap baik dan tidak baik. Jangan takut dan semoga sukses!

Lombok Post, Mei 2012

0 komentar:

HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2012 MOMENTUM MEMBANGKITKAN GENERASI EMAS INDONESIA

“Pendidikan itu milik kalian, kecerdasan itu juga hak kalian. Semangat meraih impian adalah kemuliaan kalian. Cita-cita yang tinggi pun adalah kewajiban yang semestinya menjadi kenyataan, bukan ilusi tanpa makna dalam khayalan. Kami para pendidik kalian, dengan ijin Tuhan Yang Kuasa selalu mengitari lilin-lilin kedamaian dan kebanggaan untuk kalian, untuk kita, dan untuk jiwa-jiwa yang sampai saat ini belum merasakan kemerdekaan sejatinya.”
---------0--------

            “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya.” Demikian yang diungkapkan Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara satu abad silam dalam memaknai apa yang dimaksud dengan pendidikan.
            Memaknai hakikat pendidikan tersebut, amat sangat sesuai dengan tema Hari Pendidikan Nasional tahun ini, “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Kita melihat Indonesia dengan problem pendidikannya dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan selalu menjembatani masa yang dibutuhkan oleh manusia sekarang dan apa yang akan ditujunya kelak.
            Bangkit mengandung arti penuh semangat dalam berkarya, mengedepankan kepentingan kehidupan yang lebih bermanfaat daripada kepentingan yang memajemukkan kepentingan kejahilan. Membumikan visi ke arah yang mampu mensinergikan akal dengan jiwa suci dalam meraih masa depan yang lebih baik.
            Emas bagi sebagian orang yang sadar amat sangat berharga dan selalu dibangga-banggakan bagi mereka yang tinggi hati. Emas mempunyai makna berharga dan membanggakan. Emas mampu merubah penampilan, mengadaptasikan dan membedakan yang papa dan yang miskin. Emas mempunyai harga mahal dengan karatnya yang sempurna.
            Jika negeri ini manusianya seperti emas, maka negeri ini pun akan dihargai dan disucikan negeri-negeri mata duitan. Jika bangsa ini mampu menciptakan generasi emas, maka kekayaan pun akan diraih tanpa melelang surat-surat hutang. Jika pertiwi ini mampu menghadirkan generasi mulia, maka merah putih akan selalu berkibar dengan bangga dan ibu pertiwi tidak akan bersedih lagi dengan senandung lagunya, “Ku lihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati. Air matanya berlinang emas intan yang kau kenang ...”
            Lagu nostalgia yang  jarang terngiang di telinga karena sengaja ditulikan dan menggantikannya dengan lagu-lagu patriotis kelas udang ini mampu menghadirkan ruh penuh makna dengan lambaian bait-bait indahnya untuk menghalau sedihnya pertiwi kita. Tersadar atau tidak, senandung lagu-lagu berbaitkan pendidikan hari ini sudah tidak lagi menjadi bagian terpenting di sekolah-sekolah. Hal ini diakibatkan karena zaman yang harus merubah karakter para pendidik untuk tidak lagi mendidik siswa-siswi miskin supaya menjadi bersemangat dalam hidupnya. Sehingga apa yang terjadi, ketika siswa-siswi yang mempunyai harta lebih, tidak lagi mementingkan buku, melainkan mementingkan kebiasaan membeli apa yang membuat setan bertepuk tangan gembira melihatnya, tanpa ilmu dan akhlak sewajarnya. Sehingga nasib siswa-siswi yang miskin pun harus terlaknat dengan kehidupan tanpa keberkahan untuk membeo kepada mereka yang tidak setara dengan dirinya.
            Saya dan kita selaku insan pendidikan, wajib mengakui bahwa pendidikan kita hari ini harus berevolusi mengitari lingkaran setan. Mengapa? Karena jiwa-jiwa suci dari generasi kita harus dan tidak dapat terelakkan untuk meraih mimpi-mimpinya hanya dengan keburukan dan kebodohan. Hal ini dikarenakan karena figure yang ditirunya pun, mungkin orang bodoh dan tidak memaknai hakikatnya sebagai teladan yang selalu dijadikan pemandangan di kala buramnya semangat untuk memajukan mereka. Mari kita berkaca dari lagu kebangsaan “Indonesia Raya” pada bait Hiduplah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya” sangat mengandung arti bahwa kitalah yang menjadi sumber inspirasi dari bangkitnya generasi emas di negeri ini. Bukan dari provokasi orang-orang dan manusia pintar yang mampu menyalahkan kita sebagai pendidik di negeri ini.
            Mewakili pendidik yang baik dan tidak baik di negeri ini, kepada pemerintah dan anggota dewan yang terhormat... kami sangat siap menghadirkan generasi berharga di negeri ini, namun dengan satu syarat biarkan kami berkreasi tanpa diprovokasi. Jadikan kami tidak jauh berbeda dengan mereka yang ditempatkan di sekolah-sekolah elit, tidak jauh diperbaiki seperti mereka yang belajar di ruangan dingin dengan tumpukan ilmu yang memadai. Jadikan kami setara dengan mereka yang menjadi panutan di tempat yang tidak memadai supaya kami juga merasakan betapa tidak enaknya mendidik mereka yang tidak berharga menjadi berharga.
            Prinsip keadilan, prinsip kecerdasan, prinsip jiwa membangun adalah sifat-sifat Tuhan yang layak untuk kita tiru bersama. Sehingga jika prasangka-prasangka baik kita kepada Tuhan terbetuk, maka menjadikan kebaikan itu akan lebih mudah. Untuk itu, marilah kita berbahagia menyambut hari penuh dengan motivasi ini untuk merelakan matinya keburukan dunia kita di hari kemarin dan menggantinya dengan kemajuan dan berharganya diri, generasi, dan kita yang peduli dengan nasib pendidikan di negeri ini.
            Marilah kita kumandangkan napas-napas harapan dengan semangat penuh pengabdian, ikhlas, dan mengharapkan ridho Tuhan dalam perjuangan kita menegakkan kebaikan, menjembatani kecerdasan, menghapus perlahan kebodohan, mengkaji pantas dan tidaknya kita menjadi inspirator dalam kerinduan generasi bangsa ini yang memimpikan emas untuk mereka persembahkan kepada Tuhan-nya, kepada Malaikat, Kepada teladannya, kepada orang tuanya, kepada gurunya, kepada nusa dan bangsa, dan kepada tanah tempat berakhirnya kebanggaan dan harga mahal mereka.
            Pertiwi tak lagi menangis, hutan-hutan kembali meniupkan kebahagiaannya, sawah ladang berteriak dengan nyanyian syukurnya, dan kaki generasi berpijak di mana mimpi-mimpi harus ditinggikan. Merah putih berkibar dengan kilauan rasa bangga, pemimpin bangsa tersenyum gembira, para pejabat insyaf, para politisi membungkam busuk teorinya, para guru berjalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, dan tuhan-tuhan licik tidak perlu dicari. Tuhan yang sebenarnya selalu bersama kita, yakinilah jika pendidikan itu kita maknai dengan upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh (fisik) anak untuk memajukan kehidupan mereka yang selaras dengan dunianya.” Semoga dapat terwujud!!!
            Generasi emas di depan mata, generasi berharga yang selalu membanggakan kami. Kalian dihadirkan di tanah suci ini untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang lama tidak mampu kami kehendaki. Selamat berjuang putra-putri negeri, senandung kalam kebangkitan di hari penuh sejarah ini kami tuangkan dalam kata “Ingin membangkitkan jiwa dan ragamu untuk generasi emas di negeri ini.”
Penulis adalah Staf Pengajar di SD Negeri 24 Ampenan Kota Mataram

Lombok Post Mei 2012

0 komentar: