Navigation Menu

Opini HARKITNAS 2012

Hari Kebangkitan Nasional 2012:
CERMIN JUJUR UNTUK SEBUAH KELICIKAN

Oleh : Usman Jayadi


Seratus empat tahun yang silam, merupakan puncak bangkitnya generasi bangsa yang peduli nasib negaranya. Kegagalan mereka dalam menghadapi penjajahan yang masih bersifat lokal dan kurang mendapatkan hasil, akhirnya menimbulkan pergerakan yang bersifat nasional. Bentuk perlawanan pun diubah yang semula perlawanan dalam bentuk persenjataan tarung nyawa, diubah menjadi perlawanan organisasi tarung budi.

Dimulai dari R.A. Kartini dan Dewi Sartika dengan sekolah khusus kaum wanitanya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswanya, dan Douwes Dekker dengan harian De Express-nya. Tokoh-tokoh tersebutlah yang menginspirasi para pemuda dan pelajar Indonesia untuk mulai berpikir mendirikan organisasi modern. Lahirlah Budi Utomo, Serikat Dagang Islam dan Serikat Islam, Indische Partij, dan Perhimpunan Indonesia dengan tokoh-tokoh hebatnya dan mampu menghimpun para pemuda Indonesia untuk berjuang dengan gigihnya, akhirnya Sumpah Pemuda pun terlahir. Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang untuk pertama kalinya.

Sebuah perjalanan panjang penuh perjuangan yang jarang kita ingat bersama anak cucu kita, dan mungkin untuk saat ini sepertinya sudah tidak terprogram dalam kajian kita. Hal inilah yang mungkin mendorong kaum-kaum intelek bangsa ini mendirikan organisasi dengan tujuan yang semestinya memajukan dan mensejahterakan kehidupan berbangsa, berubah memajukan karir, kepentingan pribadi, saling jatuh-menjatuhkan, dan berbuat sangat licik tanpa bercermin untuk sebuah kejujuran.

Kehidupan kenegaraan yang sarat dengan kepentingan pribadi tersebut dengan gencarnya mampu mengubah tatanan hukum dosa menjadi tabu dengan kelicikan. Tokoh yang seharusnya menjadi inspirasi bagi kaum muda hanya membentuk kaum muda menjadi licik seperti mereka. Organisasi bermunculan di mana-mana dengan tujuan saling menjatuhkan hingga permusuhan, non solidaritas, kehidupan masyarakat amburadul, pribadi antar pribadi saling tawan dengan sekat kepentingan pun terjalin dengan mesranya. Peperangan, pertikaian, kemiskinan, kemelaratan menjadi petarung untuk mewujudkan kepentingan demi kepentingan.

Peperangan diawali dari organisasi, pertikaian tercetus dari sebuah perkumpulan, kemiskinan dijadikan sebagai modal membangun karakter kebodohan di masyarakat yang dengan kemiskinan tersebut mereka mampu membius masyarakat agar menengok perjuangan licik mereka. Akhirnya, kemelaratan pun menjadi sumber inspirasi mereka setiap saat. Dan dengan kemelaratan tersebut mereka mampu menjadikan organisasinya menjadi yang terbaik. Luar biasa memang, padahal kalau kita tengok hal-hal tersebut hanya bayangan yang amat tabu namun luar biasa nyatanya. Inilah berbagai lika-liku mengapa bangsa ini menjadi bangsa yang seharusnya subur makmur menjadi bangsa yang luntur akidah, kotor lidah, dan semrawut moral.

Kebangkitan nasional sewajarnya kita jadikan refleksi menyeluruh, cermin kejujuran niat tulus para pejuang kita dulu, bukan dijadikan hanya tabur bunga kemudian mengheningkan cipta tanpa doa dan memantulkan hasil bayangan busuk kita semua.

Melalui tulisan sederhana ini, kiranya menjadi inspirasi bagi kita semua. Bagi tokoh-tokoh perpolitikan, marilah dengan cerdik politik anda, teladankan jiwa kebaikan kepada masyarakat kita bahwa kejujuran dan kemakmuran adalah kunci dari martabat kita semua. Bagi rekan-rekan mahasiswa hendaknya menyadari betul hakikat dan tujuan organisasi tempat kita memperjuangkan bangsa ini, bukan hanya sebatas reklame kehebatan untuk memakmurkan para provokator dan menghanguskan tekad orang-orang yang memang benar-benar berniat untuk memajukan bangsa dan kita semua. Bagi rekan-rekan seperjuangan yang menjadi bunglon di organisasi pemerintahan, marilah kita syukuri tugas dan jabatan yang diamanahkan Tuhan untuk kita semua, bukan mengotori dan menghinakan kita dengan tekad busuk kita. Bagi rekan-rekan pendidik dan peduli pendidikan, marilah kita belajar dari tokoh kebangkitan pendidikan Negara ini yang dengan pendidikan mereka mampu merubah kehidupan terjajah menjadi lebih baik dari apa yang diharapkan. Dan, untuk kita semua yang tengah hinggap menjadi organisasi kemasyarakatan, marilah kita menjadikan moment Hari Kebangkitan Nasional ini sebagai perenungan panjang kita dalam mencermati baik buruknya siapa yang memang baik dan menjauhi siapa yang memang buruk.


Kita sama-sama berharap, moment ini kita jadikan sebagai langkah strategis dalam menapaki subur dan makmurnya kehidupan kita sehingga dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh, maka pasti rahmat Allah selalu bersinar di redupnya kemajuan bangsa ini, selalu menyejukkan tandusnya nurani bangsa ini, dan selalu menjadi hidayah lelapnya akal budi generasi bangsa ini. Semoga bermanfaat… (yd)

Lombok Post, Mei 2012

0 komentar: